Selasa, 25 November 2014

Bersembunyi Menyukai Hujan




November sudah berjalan setengah, angin-angin yang sejak awal bersahabat kini mulai mengeras. awan-awan yang lembut kini bergumul dan mulai menghitam. Aku masih ada di cubicle kecilku. Memperhatikan hujan yang turun dibalik kaca jendela. Dua tahun terakhir ini, banyak yang berubah dengan kehidupan. Dahulu, aku adalah penikmat hujan yang selalu berlari terbirit-birit keluar saat petir dan suara gemuruh berdentum di sisi langit. Berusaha mengumpulkan tetes-tetes pertama yang jatuh ke bumi. Aku mempercayai mitos, bahwa tetes-tetes hujan pertama adalah katalisasi embun yang sudah sangat lama berharap dijatuhkan sebagai titik hujan. Harapan-harapan yang tergumpal itu terus bertumpuk dan mengendap. Hingga sang petir yang gemuruh memberi perintah kepada awan agar menurunkan harapan-harapannya agar dikabulkan. Aku adalah orang di bawah langit yang bersedia memeluk harapan-harapan kecil yang jatuh itu dengan wajah gembira. Membiarkan tetesnya menjadi rintik riuh yang menjamah seluruh tubuh. Setidaknya dulu. Dua tahun lalu.

Kembali padaku dan cubicle kecilku yang sedang memandang harapan-harapan yang jatuh itu kini. Aku hanya dapat menghitung rintik hujan dari kaca jendela. Menyaksikan beberapa dari rintiknya membentur kaca, bertemu sesamanya, dan mati sebagai lelehan-lelehan yang melumer di permukaan kaca. Seragam yang aku gunakan kini terasa seperti baju zirah yang berat. Menjadi paku yang menancapkan aku di tengah meja kerjaku. Menahan lari terbiri-birit yang sering secara tiba-tiba kulakukan dulu. Lebih banyak pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum memutuskan untuk memeluk harapan-harapan kecil itu lagi kini. Pun jika terlalu ingin memeluk mereka, aku akan turun ke lantai bawah dan menyeberangi taman kecil ditengah gedung-gedung tinggi dengan alasan membeli secangkir kopi. Mencuri-curi rintik dengan tangan di bawah payung seperti seorang anak yang mencuri permen.

Aku ingin menikmati hujan seperti dulu, tanpa sembunyi-sembunyi dan payung yang membenteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar