Hai, aku Puisi. Mana
emosimu?
Bawa kemari! Biar aku
rangkai dalam kata-kata indah.
Mungkin sedikit kubumbui
personifikasi dan metafora agar lebih lezat menggambarkan kepedihan atau
kegembiraanmu.
Aku tahu kau
memilikinya, emosi yang masih segar, matang, ranum dan ingin dituangkan.
Biarkan aku mewakili
kesedihanmu, pun kegembiraanmu.
Kemarilah, mendekat.
Tidak usah takut.
Aku hanya akan sedikit
menyayat lukamu dan menyajikannya dalam piring berbingkai agar semua orang
mencicipi rasanya luka.
Kemarilah, aku tidak
jahat.
Tidak usah takut.
Aku hanya ingin
memetik kegembiraanmu dan mengupasnya, menyajikannya dalam mangkuk di halaman
belakang untuk teman berbincang minum kopi.
Mana emosimu? Aku tak
sabar mengasah pisauku.
Hatimu, masih segar
dengan emosi bukan?
Mari, lebih dekatlah dengan
puisi.
(kemudian terdengar suara mengasah pisau)
Yudith - Dibawah pohon
Apel
Judulnya, Puisi Tanpa Emosi
BalasHapus