Dan pagi yang datang
dengan hujan. Apakah akan seindah senja yang datang dengan kabut?
Hujan lebih senang
memiliki dan kabut lebih senang bersembunyi. Dimana kau akan pijakkan kaki saat
matahari tak lagi tinggi?
Aku ingin memilikimu
seperti hujan. Tapi, semua perasaan ini selalu bersembunyi seperti kabut.
Karena kabut dan hujan
tak bisa datang bersama. Maka aku lebih memilih bersembunyi.
Mengaburkan cinta dan
perasaan yang besar dalam selimut kabut. Agar kau dapat tetap nyaman berjalan
tanpa tahu diikuti perasaan sebesar itu.
Kabutku menjagamu
dalam diamnya. Menggenggam tanganmu dan membimbing jalanmu. Langkah demi
langkah. Hari demi hari. Sedikit demi sedikit.
Kau tak perlu tahu
kemana kabut membawamu. Kau hanya perlu percaya. Kabutku membimbingmu ke jalan
yang benar.
Kau tidak perlu tahu
apa yang dilawan kabut setiap hari. Melawan serigala dan beruang hutan agar
jalanmu tetap lancar tanpa jeda.
Memangkas semak
belukar hingga melukai tangan. Menyapu ranting-ranting yang mungkin
menjatuhkanmu. Kabutku selalu ada di depan. Menjagamu.
Apa kau melihatku
dalam kabut? Semoga tidak. Karena aku tidak mau kau berhenti untuk menyapaku. Berjalanlah
lurus. Aku ada di depanmu.
Aku ada dalam kabut. Memelukmu
dengan doa. Menjagamu dalam nyata.
Tak perlu repot-repot
menungguku. Karena saat kabut reda dan hilang, aku ada di kabut kemudian
harinya.
Aku adalah kabut. Yang
menjagamu diam-diam .
Yudith Tri Susetio
13-Juli-2014
--
Picture from: amolife
puisi nya manis :)
BalasHapushehe, makasih mba :)
BalasHapus