Sedang suka karya
seseorang, prosa ini judulnya Pintu oleh Kurniawan Gunadi. Dan telah
dilantunkan melalui suracacerita. Prosa yang bagus.
PINTU
Aku sudah berikhtiar
untuk pergi ke rumahmu. Mengetuk pintumu yang terkunci rapat. meski aku harus
memaksa membukanya nanti, setelah selesai dari perjalanan ini. Selesai dari
tugas-tugas hidup ini. Aku akan berjalan ke sisi rumahmu.
Tidak tahu bagaimana
jadinya nanti. Tidak tahu bagiamana akhirnya. Aku tidak bisa menemukan cara
masuk ke dalam rumahmu selain memaksanya. Rumahmu yang tanpa jendela. Kamu
telah menutup semua kemungkinan orang lain mengintip ke dalam rumahmu. Satu
pintu di muka rumah yang selalu terkunci setiap hari.
Aku tahu kamu sering
mengintip dari lubang kunci. Melihat di luar sana orang berlalu lalang di depan
rumahmu. Sesekali dari mereka berhenti dan mengetuk pintumu. Tapi tidak pernah
terbuka. Mengapa kamu begitu lama berdiam diri di dalam sana? Apa yang sedang
kamu lakukan? Atau apa yang sedang kamu tunggu?
Jika mendobrak pintumu
berarti akan merusak pintu itu. Aku bersedia menggantinya meski tidak lagi
sama. Setidaknya aku tahu kamu masih hidup. Meski pada akhirnya kamu akan
mengusirku dari rumahmu. Aku tidak peduli, itu belum terjadi bukan?
Sepulang dari
perjalanan panjang ini. Aku akan berdiri di depan rumahmu mungkin dengan
segenggam linggis atau bisa jadi granat tangan. Aku tahu aku cukup kejam, aku
hanya tidak tahu bagaimana cara membukanya dengan baik-baik. Jika kamu punya
cara itu, katakanlah.
Tapi bukankah kata itu
tidak pernah ada? Pintu yang selalu tertutup meski diketuk ribuan kali. Meski
dihujani batu dan dikerat dengan pisau. Pintumu terkunci rapat. Aku tidak tahu
cara membukanya dengan baik-baik, mungkin karena aku juga bukan orang
baik-baik. Bekas orang brengsek yang tidak tahu mengapa begitu terusik
melihatmu mengunci diri di dalam sana.
Jika nanti aku
melihatmu meringkuk di sudut rumah dan matamu terpicing karena cahaya matahari
yang merobos masuk. Aku ingin melihatmu tidak menangis karena aku merusak pintu
rumahmu. Setidaknya jika kamu mengusirku, aku mendengarmu mengatakan bahwa kamu
ingin sendiri.
Atau jika kamu
menerimaku di sana, aku bersedia tinggal di dalamnya dan membantumu menata
kembali rumahmu. Membuatkan jendela agar cahaya matahari itu bisa masuk. Agar
udara itu bisa silih berganti.
Setidaknya aku tahu,
apa yang sedang terjadi padamu. Karena kamu selama ini diam saja. Mengapa kamu
menutup diri selama ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar