Rabu, 16 Juli 2014

Prosa: Pintu

Sedang suka karya seseorang, prosa ini judulnya Pintu oleh Kurniawan Gunadi. Dan telah dilantunkan melalui suracacerita. Prosa yang bagus.

PINTU

Aku sudah berikhtiar untuk pergi ke rumahmu. Mengetuk pintumu yang terkunci rapat. meski aku harus memaksa membukanya nanti, setelah selesai dari perjalanan ini. Selesai dari tugas-tugas hidup ini. Aku akan berjalan ke sisi rumahmu.

Tidak tahu bagaimana jadinya nanti. Tidak tahu bagiamana akhirnya. Aku tidak bisa menemukan cara masuk ke dalam rumahmu selain memaksanya. Rumahmu yang tanpa jendela. Kamu telah menutup semua kemungkinan orang lain mengintip ke dalam rumahmu. Satu pintu di muka rumah yang selalu terkunci setiap hari.

Aku tahu kamu sering mengintip dari lubang kunci. Melihat di luar sana orang berlalu lalang di depan rumahmu. Sesekali dari mereka berhenti dan mengetuk pintumu. Tapi tidak pernah terbuka. Mengapa kamu begitu lama berdiam diri di dalam sana? Apa yang sedang kamu lakukan? Atau apa yang sedang kamu tunggu?

Jika mendobrak pintumu berarti akan merusak pintu itu. Aku bersedia menggantinya meski tidak lagi sama. Setidaknya aku tahu kamu masih hidup. Meski pada akhirnya kamu akan mengusirku dari rumahmu. Aku tidak peduli, itu belum terjadi bukan?

Sepulang dari perjalanan panjang ini. Aku akan berdiri di depan rumahmu mungkin dengan segenggam linggis atau bisa jadi granat tangan. Aku tahu aku cukup kejam, aku hanya tidak tahu bagaimana cara membukanya dengan baik-baik. Jika kamu punya cara itu, katakanlah.

Tapi bukankah kata itu tidak pernah ada? Pintu yang selalu tertutup meski diketuk ribuan kali. Meski dihujani batu dan dikerat dengan pisau. Pintumu terkunci rapat. Aku tidak tahu cara membukanya dengan baik-baik, mungkin karena aku juga bukan orang baik-baik. Bekas orang brengsek yang tidak tahu mengapa begitu terusik melihatmu mengunci diri di dalam sana.

Jika nanti aku melihatmu meringkuk di sudut rumah dan matamu terpicing karena cahaya matahari yang merobos masuk. Aku ingin melihatmu tidak menangis karena aku merusak pintu rumahmu. Setidaknya jika kamu mengusirku, aku mendengarmu mengatakan bahwa kamu ingin sendiri.

Atau jika kamu menerimaku di sana, aku bersedia tinggal di dalamnya dan membantumu menata kembali rumahmu. Membuatkan jendela agar cahaya matahari itu bisa masuk. Agar udara itu bisa silih berganti.

Setidaknya aku tahu, apa yang sedang terjadi padamu. Karena kamu selama ini diam saja. Mengapa kamu menutup diri selama ini?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar