Senin, 07 Juli 2014

Puisi: Prosa Puisi Hujan




Hujan,



Bergemeretak di balik kaca.



Dua manusia, berdiri di belakang kaca dikala hujan. Memandang kosong menuju ribuan titik air yang berdentum di pelataran. Hati mereka sama-sama kosong. Menunggu rintik hujan diluar sana mengisi kekosongan yang hampanya menyeruak hingga ke udara. Tiap hela nafas yang ditarik tidak juga membuat malaikat menarik pacu senapan yang akan membawa mereka kepada kesunyian abadi.

Angin mulai mendingin. Membekukan kata-kata yang sejatinya dapat diucapkan untuk memecahkan es yang mengeras ditengah mereka berdua. Dingin dan kerasnya perasaan tidak lantas membentur dan meretakkan dinding ego. Kata maaf yang sejatinya sakti sudah tak lagi mengobati luka di hati. Kata cinta yang sejatinya hangat sudah tidak lagi menghangatkan. Alih-alih mencairkan.





Ooh, hati mereka yang sama-sama kosong.



Menunggu diisi hujan.



Hujan kurang ajar.






Suara mulai sunyi, diselubungi curiga yang gemeretak membisingi gendang telinga. Bisingnya cinta tidak hendak menghilang seperti nyamuk yang bergeriliya di sebelah telinga. Suara sudah menjadi anomali di tengah sunyi yang selalu mengakhiri setiap kalimat seperti titik. Suara mengisi udara hingga seberat cinta. Mengisi relung-relung kepercayaan hingga penuh dan berceceran. Cinta sekali lagi hanya helaan nafas yang lalu menghilang menjadi embun di pelipis kaca. Tak ada yang hendak berteriak diantara mereka. Keduanya dibungkam ego di pangkal tenggorokan.



Ooh, cinta




Mereka yang gila dan menggilakan.




Sama-sama buta.







Mata sudah tidak lagi melihat. Meraba-raba manisnya hari yang pernah ditangisi. Lalu diulang. Memeluk perasaanmu yang ada di depanku. Karena buta, tidak memperbolehkan mencari perasaan lain yang lebih terlihat. Buta membiarkan anomali yang terjadi seperti undang-undang. Yang mau jelas atau tidak harus diiyakan. Agar selamat berjalan selagi masih buta.




Ooh, kalian.


Dua manusia yang melirik rambut sama panjang dan badan yang sama lekuk.




Menunggu hujan yang disunyikan angin, mendengar kegilaan karena buta.




Ooh, hati mereka yang sama-sama kosong.





Sama?



koma,




-- 


gambar dari cssdive.com

2 komentar: