Senin, 23 Juni 2014

Bunga yang Naif

Di planet milik pangeran kecil, bunga adalah sesuatu yang sederhana. Hanya memiliki satu kelopak; mereka tidak memenuhi tempat; mereka juga tidak merepotkan. Di pagi hari bunga akan bermekaran, dan di malam hari bunga tersebut akan hilang dengan sendirinya. Tapi suatu hari, dari benih yang ditiupkan entah dari mana, sebuah bunga dengan jenis yang baru muncul; dan pangeran kecil memperhatikan benih kecil itu dengan sangat dekat karena benih itu tidak pernah muncul sebelumnya di planet milik pangeran kecil. Itu mungkin baobab jenis baru. Benih tersebut cepat berkembang dan sudah siap memproduksi bunga. Pangeran kecil, yang ada di sana saat melihat pucuk bunga besar pertama, merasa akan muncul sesuatu yang ajaib dari dalam kuncup tersebut. Tapi sang bunga belum juga puas dengan persiapan untuk mempercantik diri di dalam ruang hijau kecilnya. Dia memilih warnanya dengan sangat teliti dan seksama. Dia berdandan perlahan-lahan. Mengatur kelopak-kelopaknya dengan teliti. Dia tidak ingin muncul di dunia dengan kusut, seperti ilalang yang sembarangan. Dia hanya ingin muncul dengan keindahannya yang menawan dan sempurna. Ya, dia adalah mahluk yang sangat cantik dan indah dan keindahannya yang misterius itu bertahan berhari-hari. Lalu, di suatu pagi, bertepatan dengan matahari terbit, dia menampakkan dirinya. Dan, setelah bekerja keras dengan semua kecermatan dan ketelitiannya menata keanggunan, dia menguap dan berkata:

"Ah! Aku takut terbangun seperti ini. Maafkan aku. Kelopak-kelopakku tidak tertata dengan rapi . . ."

Tapi pangeran kecil tidak bisa menahan kekagumannya:

"Oh! Kamu sangat cantik!"

"memang iya? Aku tidak cantik" bunga menjawab, dengan manja. "dan aku bangun bersamaan dengan matahari terbit yang sangat indah . . ."

Pangeran kecil menerka dengan mudah bahwa dia merendah, namun dalam hati bunga itu, dia yakin bahwa dirinya sangat cantik.

"kurasa ini saat nya sarapan," dia berkata. "kalau saja kau mau berbaik hati memenuhi kebutuhanku--"

Dan pangeran kecil, merasa kikuk, mengambil seember air dan menyirami bunga itu.

Dan dengan cepat pangeran kecil  tersihir oleh pesonanya—yang jika harus jujur, sedikit merepotkan. Suatu hari, secara tiba-tiba, dia membicarakan mengenai keempat duri kecilnya, dia berkata pada pangeran kecil:

"datangkan harimau dengan cakarnya!"

"tidak ada harimau di planetku," pangeran kecil berkata. "dan lagi, harimau tidak memakan tumbuhan semak."

"aku bukan semak," jawab bunga manja.

"maafkan aku . . ."

"aku tidak takut pada harimau," bunga melanjutkan, " tapi aku ketakutan pada udara dingin. aku kira, kamu tidak akan memberikan perlindungan padaku kan?"

"Takut udara dingin—itu sangat menakutkan untuk bunga" tukas pangeran kecil, lalu bergumam kepada dirinya sendiri, "bunga ini adalah mahluk yang rumit . . ."

"pada malam hari aku ingin kau memasukkanku kedalam gelas kaca. Di planet tempat tinggalmu ini sangat dingin. di tempat aku datang--"

Penjelasan sang bunga berhenti. Dia datang dari sebuah bibit. Dia tidak mungkin tahu mengenai dunia lain di luar sana. malu karena membiarkan dirinya tertangkap basah dengan kebohongannya yang naif, bunga terbatuk tiga kali. Untuk mengalihkan perhatian sang pangeran kecil.

"gelas kaca?"

"aku baru akan mengambilkannya saat kau berbicara mengenai tempat kau datang . . ."

Lalu bunga memaksakan lagi batuknya sehingga membuat pangeran kecil merasa telah menyakiti sang bunga lalu segera pergi mencari gelas kaca.

Pangeran kecil, diluar kebaikannya dan cintanya terhadap bunga, mulai merasa ragu padanya. Dia telah mengagap serius ucapan bunga yang tidak penting, itu membuat pangeran kecil sedih.

"aku seharusnya tidak mendengarkannya," dia berkata dengan yakin suatu hari. "aku tidak seharusnya mendengarkan bunga.

Dan dia meneruskan:

"faktanya adalah aku tidak mengerti apapun!. Dia telah memancarkan wangi dan aromanya padaku. Aku tidak akan pernah bisa lari darinya . . . aku harusnya dapat membaca semua perhatiannya bersembunyi di balik taktiknya. Bunga sangat tidak konsisten! Tapi aku terlalu muda untuk tahu aku mencintainya . . ."

Di hari saat pangeran akan pergi, dia mengatur planetnya dalam susunan yang sempurna. Dia dengan hati-hti membersihkan gunung merapinya yang aktif. Pangeran kecil memiliki dua gunung merapi aktif; dan sangat menyenangkan menghangatkan sarapan disana. Dia juga punya satu gunung merapi yang sudah tidak aktif. Tapi, dia berkata, "tidak pernah ada yang tahu kan!" pangeran kecilpun membersihkan gunung merapinya yang tidak aktif. Tapi, dihari kepergiannya, semua rutinitas ini terasa sangat berharga. Pangeran kecil menyirami bunganya untuk yang terakhir kali, dan hendak menempatkannya di dalam gelas kaca, pangeran kecil berlinangan air mata.

"selamat tinggal," ucapnya pada bunga.

Bunga tidak menjawab.

"selamat tinggal," ucapnya lagi.

Sang bunga batuk. Tapi bukan karena dia kedinginan.

"aku sudah bodoh," bunga berkata pada akhirnya. "maafkan aku. Cobalah untuk bahagia . . ."

Pangeran kecil keget dengan sunyinya penyangkalan.. Dia diam dalam kebingungan, gelas kaca yang dipegangnya tertahan di udara.

"tentu saja aku mencintaimu," ucap bunga padanya. "salahku hingga kau tidak mengetahuinya. Itu tidak penting. Tapi kamu—kamu juga sama bodohnya sepertiku. Cobalah untuk bahagia . . . lepaskan saja gelas kacanya. Aku tidak menginginkannya lagi."

"tapi, anginnya--"

"sakit batukku tidak ada apa-apanya . . . aku akan baik-baik saja dalam dinginnya malam. Aku bunga."

"tapi binatangnya--"

"ya, aku harus bertahan dengan keberadaan dua atu tiga ulat jika aku ingin ditemani oleh kupu-kupu. Siapa juga yang akan mencariku? Kau akan pergi jauh . . . Jika ada binatang yang lebih besar—aku tidak takut sama sekali pada mereka. Aku punya duri-duriku."

Dan dengan naif, dia menunjukkan keempat durinya. Lalu bunga menambahkan:

"jangan diam seperti itu. Kamu sudah memutuskan untuk pergi. Sekarang pergilah!"



Aku punya satu bunga yang sama naifnya dengan bunga milik pangeran kecil. Menginjak masa dewasanya. Saat dia menginjak umurku, aku yakin dia akan lebih mengerti.







Antoine de Saint-Exupery - The Little Prince

Tidak ada komentar:

Posting Komentar