Suatu saat nanti kita akan tiba di satu titik awal yang berbahaya,
dimana dua orang asing memutuskan untuk saling mengenal. Memulai sebuah titik yang
kelak disebut sebagai kenangan. Aku dan dirimu yang tidak pernah saling
mengenal, walau terus dipertemukan oleh takdir. Namun, kedua dari kita
sama-sama berusaha menghindari takdir yang ada. Masih belum siap atau tidak
berani untuk memulai sesuatu. Mungkin sebesar itulah ketakutan kita akan
kenangan.
Kenanganmu yang merupakan milikmu dan kenanganku yang merupakan milikku terus
tersimpan dan bertumpuk-tumpuk di labirin hati yang berdebu. Beberapa memang sengaja
kita biarkan berdebu dan usang, namun beberapa kita rawat baik-baik karena
manisnya. Labirin di hati kita masing-masing sering menyesatkan dan
membingungkan. Terkadang, karena ingin membuka-buka kembali kenangan lama yang
sudah usang, kita berjalan di labirin hati sangat jauh dan terlalu dalam. Hingga
saat sadar, kita sendiri melupakan jalan keluar dari labirin tersebut. Terjebak
dan terkurung bersama bertumpuk-tumpuk kenangan usang yang dulu pernah kita
usahakan untuk lupa.
Aku tidak mengerti mengapa labirin hati ini menjadi begitu berbahaya. Karena
yang aku tahu, beberapa orang menikmati permainan dengan labirinnya sendiri,
atau mengajak serta seseorang bermain petak umpet dalam labirinnya. Terkadang bercanda
ria, terkadang serius berdiskusi memilah kenangan mana yang akan dimasukan
kedalam labirin hatinya. Mana kenangan yang akan diusangkan, dan mana kenangan yang
akan dengan manis ditata didalam rak-rak panjang berhiaskan mawar dan lampu
berpendar.
Sejatinya, semua orang memiliki labirin hatinya sendiri. Lengkap dengan
pintu besar dan jendela yang dapat diatur. Apakah akan dibuka lebar untuk
membiarkan angin sejuk masuk atau ditutup rapat dengan kunci, jaga-jaga saja bila
ada yang tak diundang datang. Namun berhati-hatilah, tidak banyak yang secara
rajin membuat kembaran kunci tersebut. Kehilangan kunci menuju labirin hati
dapat membuat kita tersesat dan tenggelam dalam kenangan usang yang menggunung.
Atau justru terus berkutat dalam kenangan indah masa lalu hingga kita bosan.
Pintar-pintarlah mengatur pintu dan membuka jendela, agar udara sejuk
dapat masuk menghangatkan kenangan lama, tapi juga menghalau angin agar tidak menerbangkan
lembaran-lembaran kenangan yang kita usahakan untuk usang.
Hai kau orang yang masih asing bagiku, aku mengundangmu masuk kedalam
labirinku. Akan kutunjukkan kenangan-kenangan membanggakanku yang telah rapi. Jika kamu sudah
siap untuk memulai, mari membuat kedua labirin kita tidak asing lagi. Baik bagiku
atau bagimu.
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar