Selasa, 10 Juni 2014

Labirin Hati


Suatu saat nanti kita akan tiba di satu titik awal yang berbahaya, dimana dua orang asing memutuskan untuk saling mengenal. Memulai sebuah titik yang kelak disebut sebagai kenangan. Aku dan dirimu yang tidak pernah saling mengenal, walau terus dipertemukan oleh takdir. Namun, kedua dari kita sama-sama berusaha menghindari takdir yang ada. Masih belum siap atau tidak berani untuk memulai sesuatu. Mungkin sebesar itulah ketakutan kita akan kenangan.

Kenanganmu yang merupakan milikmu dan kenanganku yang merupakan milikku terus tersimpan dan bertumpuk-tumpuk di labirin hati yang berdebu. Beberapa memang sengaja kita biarkan berdebu dan usang, namun beberapa kita rawat baik-baik karena manisnya. Labirin di hati kita masing-masing sering menyesatkan dan membingungkan. Terkadang, karena ingin membuka-buka kembali kenangan lama yang sudah usang, kita berjalan di labirin hati sangat jauh dan terlalu dalam. Hingga saat sadar, kita sendiri melupakan jalan keluar dari labirin tersebut. Terjebak dan terkurung bersama bertumpuk-tumpuk kenangan usang yang dulu pernah kita usahakan untuk lupa.



Aku tidak mengerti mengapa labirin hati ini menjadi begitu berbahaya. Karena yang aku tahu, beberapa orang menikmati permainan dengan labirinnya sendiri, atau mengajak serta seseorang bermain petak umpet dalam labirinnya. Terkadang bercanda ria, terkadang serius berdiskusi memilah kenangan mana yang akan dimasukan kedalam labirin hatinya. Mana kenangan yang akan diusangkan, dan mana kenangan yang akan dengan manis ditata didalam rak-rak panjang berhiaskan mawar dan lampu berpendar.

Sejatinya, semua orang memiliki labirin hatinya sendiri. Lengkap dengan pintu besar dan jendela yang dapat diatur. Apakah akan dibuka lebar untuk membiarkan angin sejuk masuk atau ditutup rapat dengan kunci, jaga-jaga saja bila ada yang tak diundang datang. Namun berhati-hatilah, tidak banyak yang secara rajin membuat kembaran kunci tersebut. Kehilangan kunci menuju labirin hati dapat membuat kita tersesat dan tenggelam dalam kenangan usang yang menggunung. Atau justru terus berkutat dalam kenangan indah masa lalu hingga kita bosan.

Pintar-pintarlah mengatur pintu dan membuka jendela, agar udara sejuk dapat masuk menghangatkan kenangan lama, tapi juga menghalau angin agar tidak menerbangkan lembaran-lembaran kenangan yang kita usahakan untuk usang.


Hai kau orang yang masih asing bagiku, aku mengundangmu masuk kedalam labirinku. Akan kutunjukkan kenangan-kenangan membanggakanku yang telah rapi. Jika kamu sudah siap untuk memulai, mari membuat kedua labirin kita tidak asing lagi. Baik bagiku atau bagimu.




--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar