Dapatkah kau mencintaiku secara altruistik? Saat bagian terbaik dalam
dirimu adalah aku. Saat semua masa depan yang dapat kau bayangkan adalah
bersamaku. Saat seluruh canda dan tawa kau habiskan denganku dan saat semua kesedihan
yang kau coba bendung selalu mengalir deras bersamaku. Maukah kau mencintaiku secara
altruistik?
Aku memiliki semua mimpimu. Aku pencatat semua angan yang ingin kau wujudkan.
Aku juga tempatmu menumbangkan kecewa saat sesuatu tidak berjalan seperti
maumu. Aku yang menemanimu dalam setiap malam dan siang. Menyamakan langkahmu,
langkah yang sama panjang dan sama pendeknya. Tapi, maukah kau mencintaiku
secara altruistik?
Kau mencintaiku dengan seluruh hati dan kesungguhan. Bersabar dan diam terhadap
amarahku, menyediakan pundak untuk kesedihanku, dan tangan yang dapat aku
genggam saat ketakutan menjalani kegelapan. Kau bahkan menyediakan selimut saat
aku kedinginan menghadapi malam. Tapi, maukah kau mencintaiku secara
altruistik?
Aku belum tuntas menghitung banyaknya cinta yang selalu kau ucap
sepanjang tahun. Bunga-bunga mawar yang kau tanamkan untukku pun sudah menjadi kebun
belukar besar berwarna merah muda yang dengan cermat kau patahkan setiap duri
pada batangnya. Agar aku tidak tertusuk dan berdarah saat mengunjungi kebun
mawar itu bersamamu kelak. Tapi, maukah kau mencintaiku secara altruistik?
Aku mengusap lembut kening dan pelupuk matamu yang kini basah oleh
airnya. Aku tahu kau menangisi keinginanku. Tapi kau bersikeras menyalahkan
debu yang berpura-pura memasuki matamu. Aku telah membuatmu pilu. Tapi, maukah
kau mencintaiku secara altruistik?
Mau kah kau mencintaiku secara altruistik? Setelah apa yang kuperbuat
menyebabkan air matamu jatuh. Dan kau jawab dengan senyuman paling panjang dan
tenang.
Aku mau.
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar