Rabu, 11 Juni 2014

Maukah Kau Mencintaiku Secara Altruistik?



Dapatkah kau mencintaiku secara altruistik? Saat bagian terbaik dalam dirimu adalah aku. Saat semua masa depan yang dapat kau bayangkan adalah bersamaku. Saat seluruh canda dan tawa kau habiskan denganku dan saat semua kesedihan yang kau coba bendung selalu mengalir deras bersamaku. Maukah kau mencintaiku secara altruistik?

Aku memiliki semua mimpimu. Aku pencatat semua angan yang ingin kau wujudkan. Aku juga tempatmu menumbangkan kecewa saat sesuatu tidak berjalan seperti maumu. Aku yang menemanimu dalam setiap malam dan siang. Menyamakan langkahmu, langkah yang sama panjang dan sama pendeknya. Tapi, maukah kau mencintaiku secara altruistik?

Kau mencintaiku dengan seluruh hati dan kesungguhan. Bersabar dan diam terhadap amarahku, menyediakan pundak untuk kesedihanku, dan tangan yang dapat aku genggam saat ketakutan menjalani kegelapan. Kau bahkan menyediakan selimut saat aku kedinginan menghadapi malam. Tapi, maukah kau mencintaiku secara altruistik?

Aku belum tuntas menghitung banyaknya cinta yang selalu kau ucap sepanjang tahun. Bunga-bunga mawar yang kau tanamkan untukku pun sudah menjadi kebun belukar besar berwarna merah muda yang dengan cermat kau patahkan setiap duri pada batangnya. Agar aku tidak tertusuk dan berdarah saat mengunjungi kebun mawar itu bersamamu kelak. Tapi, maukah kau mencintaiku secara altruistik?

Aku mengusap lembut kening dan pelupuk matamu yang kini basah oleh airnya. Aku tahu kau menangisi keinginanku. Tapi kau bersikeras menyalahkan debu yang berpura-pura memasuki matamu. Aku telah membuatmu pilu. Tapi, maukah kau mencintaiku secara altruistik?

Mau kah kau mencintaiku secara altruistik? Setelah apa yang kuperbuat menyebabkan air matamu jatuh. Dan kau jawab dengan senyuman paling panjang dan tenang.


Aku mau.



--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar