Senin, 07 April 2014

Puisi: Mengutip Kata


Hai, aku simpankan cinta kotak di pojok sudut sana.
Siapa tahu kau lapar, Makan hingga pecahannya. Yang aku serpihkan sejak hari masih dini. Jika kurang, akan aku serpihkan lagi sedikit dari hatiku.

Aku masih bercanda dengan pelukan dan kecupanmu di kenangan dulu. Biarlah berpura-pura merasakan lagi kecupan dan pelukan itu di dalam angan yang sudah mulai membiru.

--
Ragaku sedang memegang kopi. Mengerang kekantukan akan hadirmu yang abu-abu dan baur. Mengepulkan raut wajah yang bercanda nanar sepanjang cerukan gelas.

Masih ingin kau menahanku seperti ini? Memeluk dengan tangan terbalik dan wajah berpaling lurus menuju masa lalu.



Hai, aku simpankan cinta botolan di pojok sudut sana.
Siapa tahu kau haus, Minumlah hingga tegukkan terhabis, yang aku teteskan sejak perasaan masih hijau. Jika kurang, akan aku peras lagi hingga kering dari hatiku.

Aku sudah tidak mersakan lagi wangi tubuhmu dari sini, hanya goresan semu hasil pertengkaran semester lalu, yang kau tahu akhirnya aku selalu mengaku kalah oleh diammu yang tajam.

--
Ragaku sedang tertunduk lesu berjalan menuju jalur lingkar biasa kita berpegang tangan menuju rumah. Menggesek-gesek debu di tengah pasir yang cekikikan geli melihat tampangku yang tak juga rapi.


Masih ingin kau melihatku? Seperti saat pertama mengutip kata cinta dari kamus besar hari-hari kita yang panjang.


Yudith Tri Susetio

6 komentar:

  1. Mantap, keren kata-katanya :)

    BalasHapus
  2. keren bahasanya mas,..

    tapi saran mas :) kalo milih background jgn yg gelap -,- kasian pembaca yg matanya minus kayak saya, ganti background putih saja, yg biasa -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah dirubah gan, terima kasih sarannya ya :)

      Hapus