Selasa, 19 November 2013

Bunga, duri, dan kupu-kupu






Halo bunga, apa kabar? Kini kita terpaut puluhan kilo jauhnya. Aku cemburu padamu. Masih dapat tinggal di kota penuh bunga dan kenangan. Kota yang dingin dan menentramkan dengan pohon-pohon berjajar di bahu. Meneduhkan jalan raya yang dikata lokasi paling tidak membahagiakan. Kota yang bertegur sapa dan berteman. Kota kesukaanku. Kota kesukaanmu. Kita besar dan bahagia disana. Disana juga, kita bertemu. Sebagai atasan dan bawahan dan sebagai kerabat kini.

Bunga, apa yang telah kau tahu tentang dunia sepeninggalanku? menyenangkan Atau menyedihkan? Jadi, dunia sama seperti yang pernah kuceritakan saat menguntai nada dahulu atau tidak?

Aku bertemu kuncupmu, dan bercerita bagaimana dunia oleh bunga, bagaimana duri-durimu akan melindungimu saat mekar. Aku bertemu kucupmu, dan menerka akan seberapa indah kelopakmu, bagaimana kau mempertanggung jawabkan keanggunanmu nanti. Aku bertemu kuncupmu, dan berharap kau akan menjadi bunga dewasa yang paling mekar diantara bunga-bunga lain.

Bunga, kau begitu polos dan naïf dengan keempat duri tubuhmu. Kini kau sudah mulai mekar, sebagai bunga dewasa. Sebagai bunga yang bertanggung jawab terhadap kuncupnya dahulu, terhadap putik sari. Kini kau bebas memutuskan sendiri apa yang sebenarnya kau inginkan. Angin mana yang akan menerpa mu. Dan kupu-kupu mana yang akan bersamamu. Kau harus bertahan dari ulat-ulat kecil yang kelak akan menggerayangi tubuhmu agar dapat berteman dengan kupu-kupu. Itu akan menjadi waktu dimana keempat durimu tidak membantu.

Halo bunga, kelak saat mencari pendampingmu, bersikaplah bijak sebagaimana bunga dewasa bersikap terhadap ulat-ulat kecil. Pendampingmu kelak mungkin bukan bunga jantan yang gagah dan besar, mungkin juga bukan bunga jantan yang memiliki bunga berdigit banyak di rekening bank mereka. Bunga, hidup ini bukan melulu soal bunga bank yang menumpuk berdigit-digit. Hidup ini bukan melulu soal bunga jantan mana yang memiliki bunga bank terbanyak. Bunga yang akan menaklukanmu kelak, yang akan mematahkan keempat duri kecilmu dan memelukmu dengan erat mungkin hanya bunga sederhana atau sekedar ilalang. Tidak apa,

Bunga, bunga jantan yang akan mendampingimu kelak haruslah bunga yang dapat menyempurnakanmu, melindungimu dengan duri-durinya sendiri. Membuatmu percaya dan mengangguk saat dia berkata “semua akan baik-baik saja”. Kau akan menjadi bunga yang bahagia walau tanpa bunga berdigit-digit. Bunga jantanmu akan membahagiakanmu. Bunga jantanmu akan mengorbankan dirinya digerayangi ulat agar kalian berdua dapat berteman dengan kupu-kupu. Tidak apa. itu manis.


Tidak apa. Itu manis.

1 komentar:

  1. sesungguhnya memang bukan bunga jantan yang dipenuhi digit-digit angka di rekeningnya, tapi cukup setangkai bunga yang lebih kuat dalam hal apapun, terlebih agamanya, karena hanya itu yang kelak akan membawa kebahagaian pada setangkai bunga yang mudah rapuh terpedaya oleh lingkungannya.

    BalasHapus