Suatu hari, di belahan Dunia Selatan yang subur dan makmur, dimana
rakyatnya makan dan minum tanpa mengeluh, bulan purnama sedang menyembul dengan
sesumbar, menggoreskan gambaran yang lebih sendu untuk sketsa sebuah Kota di
malam yang cemerlang. Di atas Bukit, terpendar sosok seekor monster kesepian yang
memandang bulan dengan nanar, memperhatikan rumah-rumah dengan lampu kecil yang
terlihat seperti titik bintang bertebaran. Monster tidak punya nama yang
kesepian tidak punya keluarga dan mencari seorang teman, sehingga memutuskan
untuk membelah diri dan mencari nama, satu pergi ke Utara, dan satu pergi ke Barat.
--
Monster tanpa nama yang kesepian turun dari lembah bukit, menghampiri Desa yang kecil dan nyaman, dibangun menggunakan bata-bata
cokelat dan kayu suar yang menguning ketuaan. Di ujung pertigaan jalan, monster
tanpa nama menemukan Toko Roti dan penjualnya yang bernama Otto.
“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi penjual
roti yang terhebat di Desa” ujar monster tanpa nama.
Otto mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut otto. Tidak
lama Otto menjadi pembuat roti paling
enak di Desa.
Suatu hari, Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Monster tanpa nama
memakan tubuh otto dari dalam, dan jadilah dia monster tanpa nama yang kesepian.
Monster tanpa nama yang kesepian pergi lebih ke Barat, mengunjungi
sebuah Kota Kecil yang sederhana,. Di ujung Jalan, monster tanpa nama menemukan
Toko Perhiasan timpa dan penjualnya yang bernama Doni.
“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi penempa
emas yang terhebat di Kota” ujar monster tanpa nama.
Doni mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut Doni. Tidak
lama Doni menjadi penempa emas paling bagus
di Kota.
Suatu hari, Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Monster tanpa nama
memakan tubuh Doni dari dalam, dan jadilah dia monster tanpa nama yang kesepian.
Monster tanpa nama yang kesepian pergi jauh lebih ke barat, mengunjungi
sebuah Kota Besar dengan gedung tinggi-tinggi dan kendaraan yang membuatnya
menganga, Kota yang menjadi idaman para penggerutu, Kota tempat para pemimpin
dan pekerja mencari penghasilan. Di persimpangan,
monster tanpa nama menemukan Gedung tinggi Perusahaan Besar dan pemimpinnya
yang bernama Nara.
“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi pemimpin
yang terhebat di Kota Besar” ujar monster tanpa nama yang kesepian.
Nara mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut Nara.
Tidak lama Nara menjadi pemimpin Perusahaan paling sukses di Kota Besar.
Suatu hari, Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Monster tanpa nama
memakan tubuh Nara dari dalam, dan jadilah dia monster tanpa nama yang
kesepian.
Monster tanpa nama yang kesepian pergi jauh jauh lebih ke Barat,
mengunjungi sebuah Kota yang sangat Besar dengan Gedung yang terhampar
berhektar-hektar jauhnya. Di Pusat Kota
yang menjadi pusat pemerintahan, monster tanpa nama menemukan Kastil putih
besar dan Presiden yang bernama Johan.
“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi Presiden
yang terhebat di Dunia” ujar monster tanpa nama yang kesepian.
Johan mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut Johan. Tidak
lama Johan menjadi pemimpin Dunia yang
paling hebat.
Johan mulai bosan dengan Kastil dan keramahan mewah yang disajikan
setiap hari, dia kesepian, menjadi pemimpin Dunia tidak memberikannya pengisi kesepian
yang masih mengaga di dalam tubuh yang selalu lapar akan sesuatu, tapi bukan
makanan.
Johan, murka pada suatu hari dan memakan semua penjaga juga rakyat di
seluruh kota, meninggalkan Pemerintahan yang kosong dan pergi lebih jauh ke
Barat.
Suatu hari, di Belahan Dunia Selatan yang tandus, matahari sedang
mengumpat tidak sopan hinga panasnya menyengat, membuat gambaran yang lebih terik
untuk sebuah Kota mati yang kosong. Di atas Bukit, terpendar sosok Johan yang
tampak kesepian, memperhatikan Kota-Kota yang yang disapu angin muson. Johan
yang tampak kesepian, bertemu dengan monster tanpa nama yang dulu pergi ke
Utara.
“Namaku Johan, Siapa namamu?” Ucapnya
“aku tidak punya nama, lagipula apa arti sebuah nama? Sejak awal, kita
adalah Monster tanpa nama” ujarnya.
Mendengar ucapan monster dari Utara, johan murka dan Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Johan memakan
monster tanpa nama yang ada di hadapannya, dia kesepian, dan kini tidak ada
yang memanggil namanya.
Sayang sekali, padahal, Johan adalah nama yang bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar