Jumat, 25 April 2014

Cerita: Monster Tanpa Nama


Suatu hari, di belahan Dunia Selatan yang subur dan makmur, dimana rakyatnya makan dan minum tanpa mengeluh, bulan purnama sedang menyembul dengan sesumbar, menggoreskan gambaran yang lebih sendu untuk sketsa sebuah Kota di malam yang cemerlang. Di atas Bukit, terpendar sosok seekor monster kesepian yang memandang bulan dengan nanar, memperhatikan rumah-rumah dengan lampu kecil yang terlihat seperti titik bintang bertebaran. Monster tidak punya nama yang kesepian tidak punya keluarga dan mencari seorang teman, sehingga memutuskan untuk membelah diri dan mencari nama, satu pergi ke Utara, dan satu pergi ke Barat.


--


Monster tanpa nama yang kesepian turun dari lembah bukit, menghampiri Desa yang kecil dan nyaman, dibangun menggunakan bata-bata cokelat dan kayu suar yang menguning ketuaan. Di ujung pertigaan jalan, monster tanpa nama menemukan Toko Roti dan penjualnya yang bernama Otto.

“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi penjual roti yang terhebat di Desa” ujar monster tanpa nama.

Otto mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut otto. Tidak lama Otto menjadi  pembuat roti paling enak di Desa.

Suatu hari, Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Monster tanpa nama memakan tubuh otto dari dalam, dan jadilah dia monster tanpa nama yang kesepian.


--


Monster tanpa nama yang kesepian pergi lebih ke Barat, mengunjungi sebuah Kota Kecil yang sederhana,. Di ujung Jalan, monster tanpa nama menemukan Toko Perhiasan timpa dan penjualnya yang bernama Doni.

“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi penempa emas yang terhebat di Kota” ujar monster tanpa nama.

Doni mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut Doni. Tidak lama Doni menjadi  penempa emas paling bagus di Kota.

Suatu hari, Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Monster tanpa nama memakan tubuh Doni dari dalam, dan jadilah dia monster tanpa nama yang kesepian.


--


Monster tanpa nama yang kesepian pergi jauh lebih ke barat, mengunjungi sebuah Kota Besar dengan gedung tinggi-tinggi dan kendaraan yang membuatnya menganga, Kota yang menjadi idaman para penggerutu, Kota tempat para pemimpin dan pekerja mencari penghasilan. Di persimpangan, monster tanpa nama menemukan Gedung tinggi Perusahaan Besar dan pemimpinnya yang bernama Nara.

“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi pemimpin yang terhebat di Kota Besar” ujar monster tanpa nama yang kesepian.

Nara mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut Nara. Tidak lama Nara menjadi  pemimpin Perusahaan paling sukses di Kota Besar.

Suatu hari, Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Monster tanpa nama memakan tubuh Nara dari dalam, dan jadilah dia monster tanpa nama yang kesepian.


--


Monster tanpa nama yang kesepian pergi jauh jauh lebih ke Barat, mengunjungi sebuah Kota yang sangat Besar dengan Gedung yang terhampar berhektar-hektar jauhnya.  Di Pusat Kota yang menjadi pusat pemerintahan, monster tanpa nama menemukan Kastil putih besar dan Presiden yang bernama Johan.

“Berikan namamu, dan akan kuberikan kekuatanku, kau akan menjadi Presiden yang terhebat di Dunia” ujar monster tanpa nama yang kesepian.

Johan mengangguk, dan Monster tanpa nama masuk ke dalam perut Johan. Tidak lama Johan menjadi  pemimpin Dunia yang paling hebat.

Johan mulai bosan dengan Kastil dan keramahan mewah yang disajikan setiap hari, dia kesepian, menjadi pemimpin Dunia tidak memberikannya pengisi kesepian yang masih mengaga di dalam tubuh yang selalu lapar akan sesuatu, tapi bukan makanan.

Johan, murka pada suatu hari dan memakan semua penjaga juga rakyat di seluruh kota, meninggalkan Pemerintahan yang kosong dan pergi lebih jauh ke Barat.


--


Suatu hari, di Belahan Dunia Selatan yang tandus, matahari sedang mengumpat tidak sopan hinga panasnya menyengat, membuat gambaran yang lebih terik untuk sebuah Kota mati yang kosong. Di atas Bukit, terpendar sosok Johan yang tampak kesepian, memperhatikan Kota-Kota yang yang disapu angin muson. Johan yang tampak kesepian, bertemu dengan monster tanpa nama yang dulu pergi ke Utara.

“Namaku Johan, Siapa namamu?” Ucapnya
“aku tidak punya nama, lagipula apa arti sebuah nama? Sejak awal, kita adalah Monster tanpa nama” ujarnya.

Mendengar ucapan monster dari Utara, johan murka dan Munch Much, Gom, Gom, Kabu, Kabu, Hilang. Johan memakan monster tanpa nama yang ada di hadapannya, dia kesepian, dan kini tidak ada yang memanggil namanya.


Sayang sekali, padahal, Johan adalah nama yang bagus.




--

Picture by: Sebastien Millon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar